Rabu, 26 Agustus 2009

Sebuah Inspirasi












assalamualaikum wr wb

adalah hal yang sangat menyenangkan memiliki media yang bisa digunakan untuk berekspresi sepuasnya. silahkan anda tinggalkan pesan, komentar, saran, kritik, atau apapun itu, demi kenyamanan yang bisa anda temui di sini.


TELADAN

Ucapan Shahabat Sa’ad bin Mu’az kepada Rasulullah SAW

(Motivasi Ruhiyah Umat Islam dalam Perang Badar)

Sepertinya Engkau ragu pada kami, Wahai Rasulullah.

Dan sepertinya Engkau khawatir bahwa orang-orang Anshar,

sebagaimana yang nampak pada pandanganmu,

tidak akan menolongmu, kecuali di negerinya.

Saya bicara atas nama orang Anshar,

dan memberi jawaban berdasarkan sikap mereka.

Berangkatlah bersama kami, sesuai dengan apa yang Engkau kehendaki.

Ikatlah tali siapapun yang Engkau kehendaki. Dan putuskanlah ikatan siapa saja yang Engkau kehendaki. Dan ambillah dari harta kekayaan kami yang Engkau kehendaki. Dan berikanlah yang mana saja yang Engkau kehendaki.

Apa saja yang Engkau ambil niscaya lebih kami sukai

daripada yang Engkau tinggalkan.

Demi Allah, kalau seandainya Engkau menempuh perjalanan bersama kami hingga ke barak Al Ghamad (kota Habasyah), kami semuanya akan tetap bersamamu. Dan demi Allah, kalau seandainya Engkau mengajak kami untuk menyeberangi lautan sekalipun, pasti kami akan lalui bersamamu.


KUTIPAN KISAH:
Kala aku terjaga dari tidurku tengah malam, dalam kelelahan kulihat mereka berjamaah shalat tahajud. Dan yang membuatku terenyuh, mereka berdoa sambil menangis memohon kepada Allah demi kesembuhanku. Tak terasa air mataku pun mengalir dengan derasnya. Ada isak yang
tertahan. Robb, aku sadar kini, betapa besar dan tulus kasih sayang dan cinta mereka kepadaku.


======================================================
DALAM SAKIT ADA CINTA


Kebanyakan orang menganggap sakit itu sebagai musibah. Pun halnya dengan saya. tetapi ternyata dalam sakit saya, saya menemukan keindahan cinta yang tak terlupakan.

Awal tahun 2000, ketika saya masih duduk di semester dua di sebuah Perguruan Tinggi, untuk pertama kalinya Allah memberi saya musibah sakit yang cukup serius. Karena sebelumnya, Alhamdulillah saya tidak pernah sakit kecuali sakit ringan. Dan tentu saja sakit yang
dirasakan ini lebih berat dari sebelumnya. Sakit tersebut berawal dari suhu badan yang tinggi,
jantung yang sakit dan berdebar-debar serta kepala yang sakit serasa ditusuk-tusuk. Yang tidak lebih menyenangkan, selera makan hilang, padahal perut sangat lapar. Beberapa hari tidak bisa masuk kuliah sampai akhirnya saya memutuskan untuk pulang mudik ke kampung halaman.

Menjelang maghrib saya baru tiba di kampung halaman. Masya Allah, ayah dan ibu sangat panik melihat keadaan putri bungsunya. Setelah Shalat Magrib ayah membawa saya ke dokter. Hasilnya saya migrain dan tekanan darah rendah. "Harus banyak istirahat!" kata dokter.

Saya berbaring di tempat tidur. Ayah dan Ibu melayani kebutuhan saya. Dari mulai makan, minum, dan memapah ke kamar mandi. Malam itu saya tahu, mereka tidak bisa tidur, duduk lesu di kursi yang sengaja mereka bawa ke kamar saya.

Alhamdulillah, pagi harinya saya merasa cukup tenang. Tetapi ketika sore hari, suhu badan saya naik lagi. Setelah diperiksa ulang, Dokter mengatakan, Gejala Thypus dan Maag-ku kambuh lagi. Tidak boleh makan mie dan minum susu. Masya Allah, padahal itulah yang kumakan dan kuminum selama sakit ini. dengan sedih ibu meminta maaf padaku, padahal akulah yang meminta makanan seperti itu. Akhirnya, nasi tim, telur rebus dan buah-buahan, adalah makananku selanjutnya. Dan
kulihat, betapa repotnya ibu menyediakan itu semua. Masih banyak hal lagi yang harus mereka lakukan. Dan yang pasti tidak sedikit uang yang mereka keluarkan.

Sepuluh hari sakit, cukup membuatku sadar. Kulihat dan kurasakan, kesungguhan ayah dan ibu merawatku demi kesembuhan putrinya. Mereka menyemangatiku untuk selalu sabar menerima cobaan dari Allah. Subhanallah, kesabaran ibu pun mebujukku agar mau makan, kehati-hatian bapak memapahku ke kamar mandi, kerelaan mereka menungguiku sepanjang malam kala aku tidur, juga keikhlasan doa-doa mereka disetiap tahajudnya demi kesembuhanku . Masih kuingat air mata mereka jatuh saat suatu malam migrainku kambuh. Aku menjerit-jerit karna sakit kepala yang tak tertahankan. Ibu memelukku dengan erat, dan dari bibirnya meluncur kata-kata lembut menyabarkanku. Sampai akhirnya akupun tertidur.

Kala aku terjaga dari tidurku tengah malam, dalam kelelahan kulihat mereka berjamaah shalat tahajud. Dan yang membuatku terenyuh, mereka berdoa sambil menangis memohon kepada Allah demi kesembuhanku. Tak terasa air mataku pun mengalir dengan derasnya. Ada isak yang
tertahan. Robb, aku sadar kini, betapa besar dan tulus kasih sayang dan cinta mereka kepadaku, dan betapa besar pengorbanan mereka untukku. Dan dari letih dan lelah wajah mereka, kutangkap sinar cinta yang tiada batas. Padahal, selama ini aku selalu menyusahkan mereka, membuat mereka marah dan kesal.

Ya Allah terimakasih!! Telah kau tunjukkan semuanya padaku. Kumohon, bahagiakan mereka di dunia dan akhirat kelak. Aku ingin mereka tersenyum di surga-Mu kelak. Jangan pernah sedikit pun kedzoliman menimpa mereka. Teriring salam dan cinta buat ayah dan bunda, pahlawanku. Maaf dan doa ayah dan bunda adalah mutiara bagi ananda.




Akhirnya, pertempuran besar itu meletus juga setelah setahun lamanya kaum muslimin melakukan pengkondisian yang sangat intensif. Ya… itulah perang Badar, perang terbesar yang terjadi sepanjang sejarah umat Islam. Kaum muslimin di Madinah saat itu sudah sampai pada kondisi yang sangat tertekan, tidak ada pilihan lain kecuali berperang. Maka Allah-pun megijinkan kaum musliman untuk berjihad. Pertempuran jihad antara kebenaran dan kebatilan.

“Telah diijinkan bagi mereka yang diperangi (untuk berperang) karena mereka telah didzolimi. Dan sesungguhnya Allah Mahasanggup menolong mereka.” (Al-Hajj: 39)

Inilah makna jihad sesungguhnya, inilah makna berperang sesungguhnya. Bukan jihad yang selama ini sering disalahterapkan oleh para penganut Islam radikal yang sering disebut teroris. Saya berfikir, mereka ”para pelaku bom bunuh diri” telah keliru dalam berijtihad. Kita doakan saja, kalopun mereka ikhlas dalam melakukan ijtihad Allah akan memberikan satu pahala atasnya. Wallahu’alam.

Kaum muslimin kala itu mampu memenangkan perang badar dengan cara yang spektakuler, dimana perang tersebut menjadi pembuka besar bagi kemenangan-kemenangan selanjutnya.

Apa sebenarnya rahasia besar dibalik kemenangan perang Badar??

Perang Badar terjadi pada tahun kedua hijriah. Persiapan perang telah dilakukan setahun sebelumnya, namun perang baru terjadi saat memasuki bulan Ramadhan. Dan Ramadhan kala itu bagi kaum muslimin adalah yang pertama kalinya Allah mewajibkan untuk menjalankan ibadah puasa. Jadi, puncak pertarungan antara kebenaran dan kebatilan yang terjadi pada saat kaum muslimin sedang melakukan ibadah puasa. Dan kaum muslimin memperoleh kemenangan yang gemilang. Subhanallah ... Allahu Akbar...

Dalam fenomena tersebut terlihat adanya dua kemenangan yang sangat nyata bagi kaum muslimin. Pertama, Allah memenangkan kaum muslimin atas perang Badar. Kedua, ini yang merupakan kunci kemenangan pertama, kaum muslimin saat itu sedang berada di puncak keimanannya. Jiwa-jiwa mereka sedang melanglangbuana di langit keimanan dan tawakal. Jiwa-jiwa mereka sedang berada dalam puncak tertinggi hasrat kepada Allah. Mereka memiliki tekad baja yang tidak terhancurkan oleh apapun, mereka memiliki keberanian yang tak tersentuh oleh ketakutan sedikitpun, mereka rindu akan syurga yang tak mampu dikalahkan oleh fatamorgana dunia manapun. Inilah kunci semua kemenangannya.

Rahasia selanjutnya, mengapa kaum muslimin kala itu mampu memenangkan imannya? Itulah PUASA. Puasa akan mengantarkan kita pada kemenangan dan mengantarkan kita untuk meraih apapun tanpa batas. Untuk kasus lainnya, saya sarankan membaca the miracle of shaum. Temukanlah keajaiban lainnya J.

Sejarah telah mencatat bahwa kaum muslimin selalu mencatat rekor kemenangan besar di bulan Ramadhan –tatkala mereka berpuasa-.

Selain perang Badar, kaum muslimin juga mampu membebaskan kota Makkah pada tahun ke-8 H, Muzaffar Quthus menaklukan pasukan Tartar dalam perang “Ain Jalu, Shalahudin Al-Ayyubi mampu mengusir pasukan Salib dalam perang Hithin, semua itu terjadi pada bulan Ramadhan. Muhammad Al-Fatih Murad sebelum merebut Konstantinopel melakukan puasa selama 3 hari berturut-turut.

Kemenangan-kemenangan tersebut terjadi karena kekuatan iman (tazkiyah an nafs). Dan rahasianya adalah PUASA. Subhanallah…

Oso oseyo Ramadhan ….