Selasa, 10 Februari 2009

Kepribadian Seorang Muslim

Kepribadian seorang muslim[1]

Tri Hanifawati[2]

Dakwah Kampus adalah dakwah yang dilakukan secara umum dengan aktivitas terbuka dalam lingkup perguruan tinggi. Dalam sejarahnya, aktivis dakwah kampus atau mahasiswa yang menjadi aktivis dakwah di kampus (biasa disingkat dengan ADK) memiliki peran yang terkait dengan peran dasar mahasiswa, yakni agen perubahan, kontrol sosial dan cadangan SDM. Sejak masuk dan bergulirnya da’wah Islam di kampus-kampus hingga saat ini, telah banyak perkembangan dan perubahan serta hasil-hasil yang terlihat dari sepak terjang dan formulasi yang dilakukan dalam mengarahkan dan pengelolaan da’wah kampus. Bergulirnya secara masif konsep dan format da’wah kampus yang didasarkan pada tiga kompetensi peran dan fungsi mahasiswa telah juga memperlihatkan capaian–capaian dan perkembangan yang dapat dicermati. Mengacu pada konsep dan Format da’wah kampus yang telah digulirkan, yaitu bahwa mahasiswa memilki setidaknya 3 peran dan fungsi besar diantaranya;

Pertama : peran dan fungsi da’wiyah, sebagai benteng moral

Dimana seorang mahasiswa muslim dengan keIslamannya menjadi sesosok manusia berkepribadian Islam yang hidup ditengah masyarakat kampus dan menyebarkannya kepada yang lainnya. Dengan berpagar pada prinsip, nilai dan norma Islam, pribadi–pribadi ini hidup bersama dan berjalan dalam lingkungan kampus, yang dikemudian hari diharapkan terbangun sebuah komunitas mahasiswa sebagai sebuah entitas moral yang masif (moral credibility).

Kedua : peran dan fungsi intelectual, sebagai iron stock (cadangan keras)

Tak dapat dipungkiri, keberadaan mahasiswa di kampus pada dasarnya mereka adalah orang-orang yang mencari tetes demi tetes tinta ilmu yang mengalir dalam bangku kuliah. Ini adalah misi asasi ketika seseorang memasuki dunia kampus sebagai mahasiswa. Sehingga budaya, kebiasaan dan cara berfikirnya pun disinergikan dengan berbagai hal yang melingkupinya sebagai intelektual. Cerdas, objektif , argumentatif, ilmiah dan semangat berprestasi, itulah kira-kira serentetan sosok yang melekat pada dirinya. Dan secara futuristik kelompok masyarakat terbatas inilah yang akan banyak berperan dalam banyak partisipasi kehidupan bermasyarakat dan bernegara secara langsung. Jumlahnya memang terbatas dibandingkan orang kebanyakan. Karena memang kesempatan memperoleh pendidikan yang layak di negeri ini masih terbatas. Inilah yang coba dikembangkan oleh da’wah kampus untuk membangun barisan intelektual yang cerdas, objektif, argumentatif, ilmiah dan semangat berprestasi yang berafiliasi pada Islam. Sehingga komunitas yang terbangun menjadi sebuah entitas intelektual yang bervisi ke-ummatan ( Intelectual credibility).

Ketiga : peran dan fungsi siyasiyah sebagai agent of change (agen perubahan).

Sudah menjadi tabiat sosial politik di dunia berkembang, dimana dalam proses penyelenggaraan bernegara dan bermasyarakat acapkali terjadi ketimpangan sosial yang tak terjembatani dan unbalancing power. Pada kondisi seperti ini biasanya, kampus dan mahasiswa sebagai bagian dari gerakan pro demokrasi dan perubahan, memainkan perannya secara signifikan sebagai jembatan sosial dan balancing power. Tak pelak lagi, layaknya kekuatan politik, gerakan mahasiswa mengambil perannya sebagai ‘oposisi’ bagi kekuasaan dengan ciri dan gayanya yang khas. Dalam kondisi yang demikian, da’wah kampus mengambil bagian perannya dalam menjembatani ketimpangan sosial tersebut, dan menjadi penyeimbang kekuasaan melalui gerakan mahasiswanya, dan tentunya dengan visi mengarahkan itu semua agar terjadi perubahan kearah yang lebih baik serta berpihak kepada ummat ( Social Political Crediblity).

Demikianlah peran dan fungsi mahasiswa muslim, seperti yang dirumuskan oleh para mu’asis da’wah kampus dengan kejelian bashirah dan keluasan wawasan yang jauh kedepan serta bacaannya pada medan yang cukup tajam.

Peran ADK sebagai mahasiswa sangat terkait dengan trilogi dakwah kampus. Kita mengenal dalam dakwah kampus ada tiga sayap, yakni sayap dakwiyah, siyasiyah dan ilmiyyah. Sayap dakwiyyah atau syiar adalah lini pertama dan utama, yang menjadi perintis dalam dakwah kampus. Lajnah ini identik dengan kajian keIslaman, taklim, dauroh, dan tentunya payung yang bernama lembaga dakwah kampus. Sayap kedua adalah sayap siyasi, yakni sosial kemasyarakatan. Yang termasuk disini adalah amal islami dalam bentuk bakti sosial, aktif di organisasi mahasiswa seperti BEM, Legislatif Mahasiswa dll. Ketiga adalah sayap ilmiyyah, yakni sayap akademis dan skill keterampilan (fanniyah) yang juga berfungsi sebagai jembatan menuju dakwah profesi (mihani). Lebih khusus, dalam sayap ini ADK juga dihadapkan pada tuntutan dakwah paska kampus pada 3 sektor riil di masyarakat sebagai pilihan profesi, yakni sector public, sector privat dan third sector (social budaya).

Idealnya, ketiga sayap diatas harus berjalan secara seimbang (tawazun). Jikalau ada sayap yang mendominasi dalam suatu kurun dan kampus tertentu, diharapkan tidak boleh meninggalkan atau mengeliminasi sayap lainnya. Sehingga harapannya, ADK akan menjadi pesona pribadi yang seimbang, atau ADK Tawazun. Dia adalah ADK yang menjadi rujukan dalam hal wawasan keIslaman yang dibuktikan dengan menjadi mentor atau murobbi bagi adik-adik kelasnya, hafal minimal 1-2 juz Al-Qur'an, cakap sebagai khotib dan penceramah taklim. Dalam waktu yang sama dia tidak gagap ketika ditanya masalah-masalah sosial politik di masyarakat dan negerinya, cakap berorganisasi, punya keterlibatan dalam aktivitas sosial, politik kampus dan masyarakat. ADK Tawazun juga memiliki sifat disamping kedua hal diatas, dalam waktu yang sama adalah ADK yang memiliki kepakaran/kompetensi dalam ilmu pengetahuan (bidang studi spesialisasinya), bisa menulis, memiliki IPK yang diatas rata-rata dan track record akademis seperi karya tulis, penelitian dan seminar, aktif berkarya baik di laboratorium, tentor maupun asisten dosen.

Tentu, kalau kita lihat sosok ADK Tawazun diatas, ada pertanyaan yang menggelitik, “bisakah hal ini terjadi pada satu sosok?” Jawabnya harus optimis, “Bisa”. Karena manhaj dakwah kampus sebagai ijtihad jama’i dalam merepresentasikan syumulitaul Islam di kampus juga harus menampilkan kesempurnaan amal islami pula dalam dakwah kampus. Dakwah kampus tidak boleh sekuler, hanya mementingkan aspek kajian, halaqoh, hafalan qur’an, training akhwat sholihah, sementara urusan sosial politik kampus dan akademis menjadi persoalan yang tidak pernah dibahas. Dakwah kampus tidak boleh parsial yang hanya menitikberatkan pada satu sisi atau ranah saja, tanpa memperdulikan ranah lainnya. Kuncinya adalah bagaimana komitmen dan langkah aplikatif kita dalam membangun motivasi sehingga semua itu bisa terwujud. Dan penataan struktur dakwah kampus sehingga para ADK terarah menjadi ADK yang tawazun.

GAYA HIDUP SEORANG MUSLIM

“Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, beramal sholih, seraya berkata ‘sesungguhnya aku termasuk kaum muslimin (yang berserah diri kepada Allah)’, tidaklah sama antara kebaikan dan kejahatan. Tolaklah kejahatan itu dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang diantara kamu dan dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (Fushilat: 33-34)

Menjadi sholih/ah adalah keniscayaan bagi setiap muslim. Apalagi yang mengaku sebagai aktivis dakwah. Jika aktivis dakwah bukanlah seorang ahli kebaikan, sangat mustahil bisa merubah masyarakat menuju kondisi yang lebih baik. Faqidu syai’i la yu’thi ghoirohu ‘jika tidak memiliki apa-apa, niscaya tidak akan bisa memberikan kontribusi apapun pada orang lain. Begitupun jika seorang aktivis dakwah hanya mengajak tanpa qudwah dirinya, maka dakwahnya hanya menyentuh sisi kognitif saja (knowledge), padahal sisi afektif (hati/iman) adalah point terpenting dalam dakwah. Ingatlah akan firman Allah: “wahai orang-orang yang beriman, mengapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (As-Shaf: 2-3)

Untuk menuju pribadi yang sholih, perlu dilakukan sebuah rekayasa diri (tarbiyah dzatiyah) yang akan memotivasi ruh kita untuk senantiasa melakukan perbaikan-perbaikan diri. Saya berpendapat bahwa tarbiyah dzatiyah dan tarbiyah jamaah adalah ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan, apalagi mengingat keterbatasan manusia adalah makhluk yang sangat lemah dan mudah labil. Adanya tarbiyah jamaah (liqo/halaqoh) adalah back-up tarbiyah yang akan memacu komitmen tarbiyah dzatiyah, begitupun sebaliknya, tarbiyah jamaah tidak akan terwujud jika seorang muslim tidak memiliki keinginan untuk mengakselerasi ketaqwaannya.

Terwujudnya masyarakat madani pada zaman Rasulullah tidak terlepas dari bagaimana rasulullah mendidik para sahabatnya sehingga mereka hidup dalam naungan Islam dan berjuang untuk kepentingan Islam. Madrasah pertama dalam kerasulan Rasulullah SAW adalah aktivitas kajian rutin yang diselenggarakan oleh Rasulullah dan para sahabatnya (al-sabiqunal awalun) di rumah Arqam bin Abil Arqam sebagai bentuk pegajaran dan pembinaan Islam pada saat itu.

Satu demi satu manusia di sekeliling Rasulullah berubah, mereka mengalami proses rekonstruksi (pembangunan ulang visi dan pandangan hidup). Itu menjadi awal perubahan besar yang terjadi dalam skala kepribadian mereka, sehingga mereka mampu membentuk masyarakat Islam pertama di dunia. Subhanallah. Beberapa prinsip yang harus dipegang untuk dapat menyerap Islam dalam kepribadian seseorang:

1. Hidup dengan misi yang agung, seorang muslim harus memiliki tujuan dan visi misi yang jelas dalam hidupnya. Hidup bukanlah aliran sungai, yang hanya mengalir begitu saja mengikuti arus yang ada. Seorang muslim harus mampu membentuk arus sendiri sehingga ia tidak terjebak dalam arus yang menyesatkan.

2. Hidup yang terarah sehingga terhindar dari kemungkinan disorientasi dengan memahami konsep diri yang jelas dan mengetahui model manusia muslim yang ideal. Dalam hal ini setiap muslim dituntut untuk memahami bahwa Islam merupakan sesuatu yang dapat dijadikan bingkai kepribadian seorang muslim.

3. Hidup yang bermutu tinggi. Miliki cita-cita yang besar, karena cita-cita yang besar akan menentukan besarnya usaha dan pengorbanan yang akan diberikan untuk menggapainya. Tujuan dan cita-cita yang jelas dan realistis akan mendorong seseorang untuk bekerja keras memaksimalkan seluruh potensi untuk mewujukannya.

4. Yakinlah bahwa jalan yang ditempuh akan memberikan kegemilangan hidup yang hakiki di akhirat kelak.

Aktualisasi ibadah seorang muslim mencakup:

Dalam urusan keimanan (mantap dan murni atau tidak syirik)

Dalam urusan ibadah mahdah (taat selalu)

Dalam urusan akhlaq (mulia)

Dalam urusan makanan dan minuman (halal dan thayib selalu)

Dalam urusan pakaian (menutup aurat)

Dalam urusan keluarga (sakinah)

Dalam urusan pekerjaan (profesional)

Dalam urusan masyarakat (peduli)

Dalam urusan dakwah (aktif terlibat)

Faktor-faktor yang membentuk seseorang sehingga memiliki akhlak islami, antara lain:

1. Niat tulus ikhlas karena Allah semata

Niat yang tulus karena Allah, semata-mata hanya untuk meraih ridha Allah, akan membentuk pribadi seorang muslim untuk memiliki akhlak islami, karena dia akan selalu bersabar, lapang dada, dan tawakkal atas apapun kehendak Allah, setelah dia berikhtiar dengan sungguh-sungguh. Penilaian atau perbuatan yang seperti apapun dari orang lain terhadapnya tidak akan membuatnya kecewa apalagi putus asa, selama dia meyakini bahwa apa yang dilakukannya tidak bertentangan dengan ajaran Allah dan dia melakukannya memang karena Allah.

2. Merasakan muraqobatullah

Dengan merasakan bahwa ada Allah yang akan selalu mengawasi setiap gerak-gerik langkah dan adanya malaikat Allah yang akan selalu mencatat setiap amal perbuatan manusia, maka seorang muslim akan lebih berhati-hati, baik dalam berkata-kata, berpikir, maupun bertindak.

3. Mengingat mati

Dzikrul maut adalah salah satu hal yang efektif untuk seorang muslim agar berakhlak islami, karena dia akan senantiasa memperbaiki diri dari waktu ke waktu sebagai bekal untuk menghadap Allah kelak. Setiap waktu akan sangat berharga dan senantiasa berusaha agar tidak sia-sia.

4. Motivasi dalam diri sendiri

Motivasi yang kuat untuk terus memperbaiki diri dari waktu ke waktu, akan menjadikan seorang muslim menahan dirinya dari sesuatu yang sia-sia, baik perkataan, pikiran, maupun perbuatan. Motivasi dalam diri sendiri ini akan tetap ada bahkan meningkat jika terus dicharge. Salah satu yang bisa meningkatkan motivasi ini adalah dengan terus menambah ilmu tentang keislaman dan hal-hal lain yang mampu meningkatkan motivasi, baik dari membaca, dari orang lain, atau mendatangi majelis-majelis ilmu.

5. Keluarga dan lingkungan sekitar

Keluarga dan lingkungan sekitar kita adalah motivator yang bisa menambah motivasi seorang muslim. Keluarga dan lingkungan sekitar yang baik akan mempengaruhi pribadi seorang muslim untuk menjadi baik pula, begitu pula sebaliknya. Sesuai dengan hadist Rasulullah yang menyatakan bahwa siapa yang bergaul dengan tukang besi maka dia akan terpecik apinya dan siapa yang bergaul dengan penjual minyak wangi maka dia akan ikut terbawa wangi.

"Sumber dari segala macam bencana dan kutukan terhadap umat manusia adalah kebodohan dan ketidakmengertian. Sumber dari tercipnayna peradaban tinggi adalah masyarakat yang menghormati pendidikan" Setiap manusia mempunyai potensi dan kesempatan yang sama untuk bahagia dalam hidupnya. Walau ukuran kebahagiaan manusia tidak bisa disama ratakan, namun secara umum bisa dilihat dari kesuksesan yang diraih selama hidupnya. Kesuksesan tidak bisa didapat begitu saja, butuh perjuangan dan usaha keras. Salah satu yang harus dilakukan untuk mendapat kesuksesan tersebut adalah dengan belajar. Belajar, merupakan tugas, tanggung jawab dan panggilan pertama bagi tiap manusia. Belajar, selain membuat pengetahuan yang kita miliki bertambah, kesempatan terbukanya pintu kesuksesan pun semakin lebar.

Lantas bagaimana caranya agar kesuksesan yang ingin dicapai dengan cara belajar tersebut, dapat mudah kita raih ?? Ada beberapa hal yang patut kita ingat, ketika kita sedang belajar untuk menuju kesuksesan yaitu :

HASRAT KUAT

Belajar tanpa disertai oleh keinginan dan hasrat yang kuat untuk menuju sukses, tak akan berhasil. Karena segala seuatu (termasuk belajar) yang dilakukan tidak dengan sungguh-sungguh, hasil yang dicapaipun akan ala kadarnya. Bila kesuksesan merupakan salah satu proses yang ingin diraih untuk mencapai kebahagiaan, maka mulailah belajar sungguh-sungguh dengan hasrat kuat, keinginan dan harapan yang besar.

Selain keberhasilan tidak akan pernah singgah kepada orang-orang yang berhasrat lemah dan tak punya kemauan, tidak bisa dipungkiri bahwa segala sesuatu hanya akan terjadi bila kita menginginkan itu terjadi Seperti kata pepatah "Siapa yang berpikir dia bisa, maka dia akan bisa menjadi siapapun yang dia inginkan" Ciptakan dan penuhi alam bawah sadar kita dengan hasrat yang kuat untuk meraih harapan.

BERANI BELAJAR

Semua orang pada dasarnya tidak tahu dan tidak mampu. Hanya orang- orang yang berani belajar yang akhirnya akan tahu dan mampu. Ada begitu banyak cara untuk belajar, baik melalui pengalaman diri sendiri pengalaman orang lain, buku-buku bacaan, perenungan, kursus ataupun pelatihan-pelatihan yang ada. Kita tinggal memilih cara belajar yang kita sukai. Namun harus dipastikan bahwa cara belajar yang dilakukan, bisa membuat kita lebih mengerti dan memahami banyak hal. Sehingga kita mampu melihat dan mengetahui bahwa ada banyak cara dan pilihan untuk meraih kehidupan yang lebih baik.

"Saya akan belajar, maka kesempatan akan datang" sungguh tepat apa yang dikatakan Abraham Lincoln tersebut. Sebab tanpa belajar, maka segala kemungkinan menuju kesuksesan bisa hilang. Untuk menjadi diri yang selalu belajar (a becoming learning person) diperlukan keberanian dan ketabahan, yang berakibat terbukanya segala kemungkinan untuk kehidupan yang lebih baik.

BERANI BERUBAH

"Learning has not taken place, until behaviour has changed: belajar tidak akan berarti apa-apa, sampai terjadi perubahan perilaku. Dengan belajar pengetahuan dan ketrampilan kita bertambah. Tetapi pengetahuan dan ketrampilan yang kita miliki tersebut tidak akan berarti apa-apa, jika ketrampilan yang kita miliki tersebut tidak sanggup merubah diri kita menjadi lebih baik dari sebelumnya. Pengetahuan kita tentang hemat tidak akan menjadikan kita kaya kecuali kita berani berubah menjadi orang hemat dan mungkin akan kaya. Pengetahuan kita tentang kerja keras tak akan memberi manfaat, sampai kita berubah menjadi seorang pekerja keras dan meraih keberhasilan. Pengetahuan kita tentang kepribadian seorang muslim tidak akan bermanfaat jika kita tidak bersunggguh-ungguh mengaplikasikannya.

Setelah kita belajar, kita memiliki pengetahuan dan ketrampilan tentang hal-hal yang kita pelajari. Langkah berikutnya adalah bagaimana kita bisa berubah menjadi pribadi yang lebih baik, berdasarkan pengetahuan yang kita miliki. Perubahan itu mungkin terjadi begitu lambat. Bagi orang-orang tertentu hal itu mungkin menjadikannya frustasi sehingga proses belajarpun terhenti ditengah jalan, karena tidak merasa mendapatkan manfaat dari proses belajar. Namun perlu disadari bahwa jauh lebih sulit menerapkan apa yang kita ketahui, dibanding dengan proses belajar untuk mendapatkan pengetahuan itu sendiri. Perubahan kearah lebih baik yang terjadi pada diri kita, walau berjalan secara perlahan, sedikit demi sedikit, hal itu akan sangat besar artinya bagi kesuksesan kita.

Teruslah belajar dan janganlah pernah menyerah, walau kegagalan bisa sewaktu-waktu menghampiri. Gagal bukan berarti mati, tapi gagal berarti ada banyak hal yang harus diperbaiki. Lupakan kata tidak mampu dan tidak mungkin, namun persiapkan fisik dan mental Anda untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

Rounded Rectangular Callout: Subhanallah ternyata tarbiyah itu menyenangkan, tarbiyah itu mampu melejitkan potensi yang terpendam, tarbiyah itu mampu merubah segalanya menjadi lebih baik. Dakwah itu indah, dakwah itu mulia, dakwah itu luar biasa. Berjamaah itu nikmat, berjamaah itu indah, berjamaah itu mampu membentuk ikatan ukhuwah Islamiyah yang sangat luar biasa. Maha Suci Allah yang telah mempertemukan kita dalam barisan ini. Semoga ikhwah semua tetap semangat untuk tarbiyah, berdakwah, dan komitmen dengan jamaah ini. Allahu Akbar. Selamat berjuang!!!’  Jika dakwah ini adalah jalan yang panjang, maka jangan pernah berhenti  sebelum menemukan ujungnya, jika dakwah berat bebannya, maka jangan minta yang ringan, tapi mintalah pada Allah punggung yang kuat untuk menopangnya, karena umur seseorang adalah kebaikan yang ia tanam.




[1] Disampaikan dalam acara Madrasah KAMMI, Fakultas Dakwah, Januari 2009

[2] Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi/Kimia/2004, asisten praktikum Lab Kimia Fisika dan Kimia Anorganik, staff PSDM MITI-klaster Mahasiswa 2009/2010, staff Litbang ISCDIC 2009/2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar